PENASULTAN.CO.ID, SERANG-->> Pelaksanaan Program Ketapang hewani berupa domba Garut, dari alokasi Dana Desa tahun 2022 ini, untuk di Desa Undar Andir, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, tepatnya di Kampung Picon RT 007 RW 003, menimbulkan kecurigaan bahwa kuat dugaan ada sesuatu yang ganjil dari program Ketapang Tersebut,
Pasalnya Ditemukan sebuah spanduk informasi terpampang dalam kondisi diduga masih baru,
Padahal sebelumnya diberitakan di media ini salah satu wilayah di Kampung Mean RT 006 RW 002. Desa Undar Andir tidak ditemukan adanya spanduk informasi dan Papan Informasi nama Pengerjaan, juga perangkat penunjang lainnya seperti instalasi listrik dan sarana air bersih, padahal kegiatan dari program tersebut menggunakan anggaran negara yang salah satunya berasal dari hasil pungutan pajak.
Berita sebelumnya--👇👇👇
Program Ketapang 2022 Didesa Undar Andir - Kragilan Diduga HOK Tidak Dibayarkan
Di Kampung Picon RT 007 RW 003, Desa Undar Andir, Ditemukan sebuah spanduk informasi terpampang dalam kondisi masih baru, bertuliskan, "Program Ketahanan Pangan, Peternakan Kambing, Desa Undar Andir Kecamatan Kragilan, Namun tidak ada penjelasan lanjutan lainnya, seperti nama kelompok atau perorangan dan nama wilayah atau alamat kelompok atau perorangan penerima manfaat.
Hal tersebut dibenarkan Pendi, warga setempat dari anggota kelompok penerima manfaat, Ia mengungkapkan spanduk ini terpasang di kandang miliknya atas suruhan Ketua Permusyawaratan Desa atau BPD Desa Undar Andir.
"Betul spanduk ini disuruh pasang di dekat kandang, atas suruhan Ketua BPD bernama Subali, dan dipasang anggotanya Wandi, orang kampung picon juga, bersama dirinya, itu kemarinnya sore dipasang (Kamis, 15/09/23 red)," ucap Pendi, dikontak melalui nomor telepon seluler, pada Jumat (15/09/2023) petang,
Mengenai alasan pemasangan spanduk baru tersebut, dirinya menyatakan tidak diberitahu seperti apanya, hanya suruh bantu untuk memasangnya saja.
"Gak ada, dia gak ngasih tau alasannya, dia hanya nyuruh minta bantuin pasang, iya kita bantuin masangin neh, kita yang pegangin, dia yang pasang," ungkapnya.
Dirinyapun, sempat menanyakan kepada anggota BPD ini, mengenai jumlah spanduk yang dibawanya, apakah untuk dipasang ditempat penerima manfaat lainnya di satu Desa ini, atau hanya dikampung nya saja?
"Saya tanya timbang ini wandi, semua ini saya bilang, satu desa ini apakah dikasih spanduk, dia (wandi) bilang iya dikasih, satu Desa tuh kan ada empat kelompok, yaitu Pasir winong ada tuh dikasih, Mean juga dikasih, Undar Andir juga dikasih, picon juga dikasih bahasanya dia (wandi) begitu, saya tanyain lagi itu spanduk dipasangin semua, dia jawab iya udah, dia langsung aja ngeluyur pulang," ujarnya.
Untuk pembuatan kandang, Pendi mengatakan bahwa pihak Desa Undar Andir memberikan sejumlah uang sebesar 4 juta rupiah kepada masing - masing Ketua kelompok penerima manfaat.
"Saya tidak tau nilai rupiahnya uang itu, yang menerima uang itu ketua kelompok, nah ketua dia yang bikin dia yang menerima, kita mah kan hanya anggota kelompok dan hanya untuk ngurusin domba nya ini saja, tapi kita disuruh buat kandangnya disitu samping rumah saya, yah kita bantuin," katanya.
"Denger denger sih empat juta bikin kandangnya itu, dikasih dana dari Desa 4 juta dalam seluruh satu desa itu, jadi satu kelompok dikasih empat juta untuk bikin kandangnya, dan anggaran buat kandang dipegang ketua kelompok," sambungnya.
Pengerjaan pembuatan kandang ditempat kelompoknya, Pendi mengungkapkan itu dilakukan tiga orang, dirinya bersama satu orang pria tetangga depan rumahnya, dan satu orang petukang, terus kandang dapat diselesaikan sampai berdiri dalam waktu tiga hari lamanya.
"Kandang itu dibuat bersama saya dan satu orang tetangga depan rumah, ditambah satu orang petukang, dan alhamdulillah bisa diselesaikan tiga hari lamanya," bebernya.
Namun, saat ditanyakan tentang upah Petukang untuk pengerjaan pembuatan kandang, dirinya terkesan diam dan tidak mau memberitahukan.
Ditanyakan Ukuran kandang, Pendi dengan nada ragu dan enggan menjawab lebih detail, meskipun Ia sempat mengungkapkan bahwa untuk volume panjang itu ada duabelas meter, sedangkan untuk lebar ada sembilan meter.
"Iya itu ukuran nya sembilan kali dua belas," kilahnya.
Akan tetapi, Pendi mengeluhkan untuk kekurangan dana pembuatan kandang, dirinya sampai merogoh dari kantong pribadinya, karena dana 4 juta itu harus sampai beres.
"Untuk bikin kandang itukan dihitung hitung itu lebih dari empat jutaan itu Pak, kekurangannya yah semampunya dari kita, yah bantu dari kita pake uang pribadi, pokoknya bikin kandang dari dana desa itu dari empat juta itu cukup gak cukup harus cukup dalam satu kelompok itu," keluh Pendi.
Sedangkan menurut Pendi, mengenai jumlah Domba Garut yang berada di kelompoknya itu awalnya ada tujuh ekor, yakni enam ekor betina, dan satu ekor pejantan. Tapi, sampai saat ini domba Garut tersebut tersisa empat ekor, itu betina semua.
"Satu ekor pejantan lagi kondisi sakit mau mati, dikarenakan perutnya kembung, tapi sempat tertolong, kemudian kita jual kepada tuan jagal, diterima uangnya sembilan ratus ribu rupiah, kita ngejual itu melalui BPD, diketahui oleh RT terutama RT wilayah kita dan RW setempat juga tau, ada pihak Desa sendiri juga menyaksikan, itu yang jantan yach," urainya.
"Sedangkan untuk yang betina, karena belum waktunya melahirkan, kata orang Serang mah kebebeng, dan kita jual ke tuan jagal lagi senilai 500 ribu rupiah. Kemudian uang tersebut disatukan berjumlah 1,4 juta rupiah, diganti dibelikan kambing kembali, dari dua ekor jadi satu ekor," imbuhnya.
Soal dugaan bermasalah pada program Ketapang tahun 2022 didesa Undar Andir, Kepala Desa Undar Andir, Khusni Mubarok, beberapa kali media menyambangi kantor desanya, namun Belum dapat ditemui, sampai berita ini ditayangkan keduakalinya.
Reporter: Uci/Udin
COMMENTS