Serang - masyarakat kampung kebon awi RT 012/03, desa panunggulan kecamatan Tunjung Teja Kabupaten Serang Banten, mengeluhkan dengan adanya peternakan ayam petelur di kampung nya, karena oknum pengusaha peternakan ini diduga buang limbah sembarangan, akibatnya sawah gagal panen.
Menurut keterangan warga, limbah cair dari peternakan tersebut mengalir langsung ke sawah, mengakibatkan tanaman padi mereka tumbuh kerdil dan mati. Limbah tersebut juga berwarna hitam pekat menimbulkan bau yang sangat menyengat, serta menyebabkan gatal-gatal pada warga yang bersentuhan dengan limbah cair saat menggarap sawah.
"Sawah kami jadi rusak sejak peternakan ini berdiri. Padi yang kami tanam kerdil, batangnya lemas, banyak yang mati. Selain itu, bau dari limbahnya sangat mengganggu, bahkan sawah kami sekarang terisi belatung. Setelah keluar dari sawah, kulit kami jadi gatal-gatal dan bentol-bentol,” ungkap J, salah seorang warga yang telah lama menggarap sawah di dekat peternakan tersebut, pada Minggu (15/09/2024)
J menambahkan bahwa sebelum peternakan ayam tersebut berdiri, hasil panen sawahnya selalu memuaskan. Namun, sejak peternakan itu beroperasi, sawahnya tidak lagi produktif seperti dulu. Warga sekitar berharap pengusaha peternakan segera mengambil tindakan dengan memasang instalasi pengolahan air limbah (IPAL) agar limbah tidak lagi mencemari sawah.
Warga lain di Kampung Kebon Awi juga menyampaikan keluhan serupa. Mereka berharap pengusaha ternak segera bertanggung jawab dengan membuat IPAL untuk mencegah limbah langsung mengalir ke daerah persawahan. “Kami tidak melarang usaha mereka di sini, tapi jangan sampai limbahnya merusak lahan pertanian kami. Kami hanya ingin mereka peduli dengan lingkungan dan segera membuat IPAL,” ujar salah seorang warga
Siswanto, yang merupakan perwakilan dari peternakan ayam petelur tersebut, saat dikonfirmasi menyatakan bahwa peternakan ini telah berdiri sejak tahun 2012 dan menampung sekitar 50.000 ekor ayam. Namun, ia mengakui bahwa peternakan tersebut belum memiliki IPAL untuk mengolah limbah.
“Peternakan ini memang belum memiliki IPAL, tetapi kami rutin membersihkan kotoran setiap bulan. Untuk air limbah, kami sudah membuat saluran dengan bendungan, namun di belakangan ini ada kayu yang roboh ke saluran, sehingga menyebabkan air limbah meluap ke sawah,” Katanya Siswanto.
Ia juga menyebut bahwa pihak peternakan telah memberikan kompensasi kepada 16 RT di sekitar peternakan berupa uang tunai Rp100 ribu dan telur seberat satu kilogram setiap bulan. Meski begitu, warga merasa kompensasi yang diberikan tersebut tidak sebanding dengan kerugian yang mereka alami akibat kerusakan sawah.
Menangapi keluhan warga, Siswanto berjanji akan menyampaikan permasalahan ini kepada pemilik peternakan agar segera mencari solusi. "Terima kasih atas informasinya. Saya akan sampaikan kepada bos, mudah-mudahan ke depannya bisa dibangun IPAL dan ada kerjasama dengan warga untuk menyelesaikan masalah ini,
Warga Kampung Kebon Awi berharap permasalahan ini dapat segera terselesaikan, sehingga mereka bisa kembali menggarap sawah secara normal tanpa khawati
(Evi/Tis)
COMMENTS