Serang, penasultan.co.id – Proyek pembangunan Puskesmas Pembantu (Pustu) yang berlokasi di Kampung Prisen RT 01/03, Kelurahan Kiara, Kota Serang, menuai sorotan tajam dari publik. Proyek senilai Rp729.353.000 yang dibiayai dari APBD Kota Serang tahun 2025 itu diduga kuat menggunakan material murah dan tidak sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB).
Dari pantauan dan investigasi eksklusif tim media penasultan.co.id selama beberapa hari di lokasi proyek, ditemukan sejumlah kejanggalan. Mulai dari dugaan penggunaan material berkualitas rendah seperti besi, batu, dan semen, hingga metode pengerjaan yang terkesan asal-asalan. Bahkan, galian pondasi diduga tidak sesuai spesifikasi teknis, tanpa pasir urug di lantai dasar pondasi sebagaimana mestinya.
Ironisnya, papan informasi proyek (PIP) yang terpasang hanya mencantumkan nama pelaksana dari CV. Sinar Harapan. Sementara nama konsultan pengawas tidak dicantumkan, menambah kecurigaan adanya minimnya pengawasan terhadap proyek senilai ratusan juta ini.
Selain itu, proyek yang berada di bawah pengelolaan Dinas Kesehatan Kota Serang ini juga tidak melibatkan warga lokal. Seorang warga saat diwawancarai mengaku kecewa karena tidak ada satupun warga setempat yang diajak bekerja.
“Nggak ada yang kerja orang sininya, yang kerja semua dibawa dari Rangkas. Padahal kami juga bisa kerja kasar. Tapi katanya sudah satu tim,” ujar warga setempat, Jumat (27/6/2025).
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Kepala Kelurahan Jado yang mengaku hingga kini belum pernah dikunjungi atau dikonfirmasi oleh pihak pelaksana proyek.
“Belum ada yang ke sini Kang. Dari kemarin ditungguin, pelaksananya juga nggak tahu siapa,” katanya saat dikonfirmasi via telepon.
Sementara itu, AWOK, selaku mandor proyek yang dijumpai di lokasi mengungkapkan bahwa pekerja yang terlibat berjumlah sekitar 10 orang, semuanya berasal dari Rangkasbitung.
“Pekerja dari kampung semua, orang Rangkas. Tukang digaji harian Rp150 ribu, kenek Rp110 ribu,” jelasnya.
Ia juga menyebutkan bahwa lebar pondasi mencapai 70 cm dan tinggi pondasi dari dasar sampai permukaan atas sekitar 1 meter. Namun, saat tim media mengukur langsung, ditemukan fakta berbeda: lebar bawah pondasi hanya sekitar 45-50 cm, tinggi pondasi hanya 50 cm, dan kedalaman galian hanya sekitar 30 cm tanpa adanya pasir urug sebagai dasar pondasi.
Lebih lanjut, AWOK menyatakan bahwa besi angkur tidak memiliki ukuran baku, dan semen yang digunakan adalah campuran antara merk lokal dan semen Conch. Kejanggalan lain yang mencuat adalah tidak adanya pelaksana tetap di lokasi proyek. Bahkan mandor mengaku hanya sementara menggantikan pelaksana utama bernama Haji Guntur.
“Saya cuma gantiin Pak Enjat, pelaksananya. Hari Senin rencananya kumpul di sini semua,” katanya.
Namun, saat tim media datang kembali di hari Senin seperti dijanjikan, kegiatan proyek justru libur total.
Sampai berita ini diturunkan, pihak pelaksana, konsultan pengawas, dan Dinas Kesehatan Kota Serang belum memberikan klarifikasi resmi. Tim penasultan.co.id berencana melakukan konfirmasi langsung ke Dinas Kesehatan dalam waktu dekat guna memastikan kejelasan proyek tersebut.
Proyek yang dibiayai dari uang rakyat semestinya dilakukan dengan transparan, profesional, dan sesuai spesifikasi. Jika benar penggunaan material dan metode kerja tidak sesuai RAB, maka patut diduga terjadi penyimpangan anggaran yang merugikan negara.
[Tisna | Editor: Redaksi]
