Serang, penasultan.co.id – Program Indonesia Pintar (PIP) yang seharusnya menjadi penyelamat bagi siswa kurang mampu, justru menyisakan kisah pilu di MA IHSANIAH, Desa Pringwulung, Kecamatan Bandung, Kabupaten Serang, Banten. Seorang siswa mengungkapkan kekecewaannya karena selama ia bersekolah di sana, tidak pernah menerima haknya dari dana PIP. Mirisnya lagi, buku tabungan dan ATM justru diduga dikuasai oleh pihak sekolah.
“Selama ini uang saya dari program Indonesia Pintar (PIP) tidak pernah dikasihkan. Bahkan ATM dan buku tabungan juga tidak ada sama saya,” ungkapnya.
Siswa tersebut juga mengaku sangat membutuhkan dana PIP karena berasal dari keluarga tidak mampu.
“Sebenarnya saya sangat butuh uang itu. Saya ini orang susah,” tambahnya.
ATM dan Buku Rekening Diduga Dipegang Sekolah
Beredarnya informasi bahwa ATM dan buku tabungan siswa disimpan oleh pihak sekolah memantik pertanyaan serius soal integritas dan transparansi pengelolaan dana bantuan pendidikan tersebut.
Saat dikonfirmasi, salah satu guru MA IHSANIAH, Nurholipah, mengaku tidak tahu-menahu soal teknis penyaluran PIP.
“Kalau soal PIP saya kurang tahu, bukan ranah saya. Biasanya kalau pencairan PIP itu ramai dan anak-anak dikumpulkan. Ini kayaknya ada yang mau menjatuhkan nama baik sekolah. ATM siswa itu kadang memang disimpan kepala sekolah, karena khawatir hilang. Banyak wali murid di sini teledor,” jelas Nurholipah, Jum’at (18/07/2025).
Ia menyarankan agar persoalan ini ditanyakan langsung kepada kepala sekolah dan operator PIP, Pak Asdi.
Kepala Sekolah Berdalih dan Lempar Kesalahan ke Pemerintah
Saat dihubungi secara terpisah, Kepala Sekolah MA IHSANIAH, Haji Supriyadi, hanya memberi waktu singkat kepada awak media.
“Saya hanya punya waktu dua menit. Tahun ini memang belum cair, tapi tahun lalu saya bagikan semua. Kalau ada yang bilang tidak dibagikan, itu tidak benar,” kilahnya.
Ia bahkan mengklaim dirinya sering membantu masyarakat tidak mampu dan menuding pemerintah pusat sebagai biang masalah.
“Yang jadi masalah itu pemerintah. Yang miskin malah nggak dapat, yang kaya dapat. Kalau lewat sekolah pasti tepat sasaran karena kami tahu siapa yang benar-benar butuh,” katanya.
Adanya dugaan kuat penyelewengan dalam penyaluran dana PIP di MA IHSANIAH membuka babak baru soal akuntabilitas bantuan pendidikan. Program yang didesain untuk menekan angka putus sekolah ini justru menyisakan pertanyaan besar ketika hak-hak siswa diduga disalahgunakan.
Tim redaksi penasultan.co.id akan segera mengajukan permohonan konfirmasi resmi ke Dinas Pendidikan Provinsi Banten guna menelusuri dan meminta klarifikasi atas dugaan praktik yang mencoreng semangat pendidikan inklusif dan berkeadilan.
(TIS/Redaksi)