PENASULTAN.CO.ID, SERANG – Kelompok Penerima Manfaat dari program Ketahanan Pangan atau Ketapang hewani berupa pengadaan domba Garut direalisasikan tahun 2022, bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), biasa disebut Dana Desa. Berada di Kampung Silebu Bayur RT 002 RW 003, Desa Silebu Kecamatan Kragilan Kabupaten Serang.
Berkait pelaksanaan yang sedang berjalan, diduga mengenai kandang yang sudah berdiri ini, awalnya diperuntukkan sebagai tempat jual beli hewan qurban.
Namun seiring terealisasinya program Ketapang, maka dipergunakanlah kandangnya itu untuk penempatan domba dari program tersebut.
Belum lama ini domba Garut dipindahkan dengan alasan keamanan, dengan membangun kandang domba Nya hasil penjualan domba bantuan dalam kondisi sakit.
Untuk jumlah domba bantuan semula ada 40 ekor, dengan betina 37 ekor, dan 3 ekor pejantan. Tapi sampai saat ini berkurang menjadi 20 ekor, yang mati 7 ekor dan dijual 13 ekor dalam kondisi sakit.
Kemudian didapati pula tidak ditemukannya papan informasi anggaran pembuatan kandangnya, padahal program ini dari hasil pungutan pajak.
Hal ini disampaikan oleh Wawad selaku Ketua kelompok penerima manfaat, Ia mengatakan bahwa awal kandang ini dibangun dari dana anaknya Kepala Desa Silebu bernama Haji Dian, dan pengerjaan pembuatan kandang menelan biaya sekira dua puluh juta rupiah.
“Kandang ini (pertama) punya anak Kepala Desa Silebu bernama Haji Dian, dan dibangun bersama saya, habislah dua puluh jutaan mah, untuk menampung kambing dan domba buat qurban, dan memang buat tempat qurban,” ucap Wawad saat ditemui untuk dikonfirmasi dikediamannya, Selasa (26/09/2023) petang.
“Terus ada bantuan domba ini, dipasrahkan dan diserahkan kandang ini untuk ditaruh domba bantuan itu disini,” imbuhnya.
Untuk ukuran kandang pertama ini, Wawad mengatakan memiliki lebar 2,5 meter dengan panjang 20 meter.
“Kandang untuk yang disana (pertama), berukuran dari panjang itu dua puluh meter, dan lebarnya ada dua setengah meteran” ujarnya.
Kandang pertama ini, Wawad menjelaskan memiliki beberapa pasilitas, instalasi listrik dan sarana air bersih, dan sekeliling kandang dipasang pagar bambu.
“Iya kandang itu, dipagar bambu, terus ada lampu sebagai penerangan dan sarana air bersih karena dibuatkan toilet, bahkan ada semacam tempat tidur lengkap dengan televisi, karena buat hiburan buat yang jaga kandang itu,” ungkapnya.
Akan tetapi, belum lama ini dengan alasan keamanan dan kandang itu jauh dari pantauan, dirinya dengan ijin dari Kepala Desa berinisiatif memindahkan kandang tanpa membongkar kandang yang pertama, biar dekat dengan tempat tinggalnya.
“Seijin Kades, biar aman agar tidak hilang dan juga jauh, kandang itu dipindahkan dekat rumah saya, persisnya dibelakang rumah dan itu juga dekat ama rumah warga juga, adalah sebulan yang lalu itu,” katanya.
Untuk biaya pembuatan kandang yang kedua ini, Wawad mengutarakan diambil dari hasil jual domba bantuan dengan kondisi sakit sebanyak 13 ekor, dan dibangun bersama sama anggota kelompok penerima manfaat.
“Itu nominalnya, bentuk duitnya ada lah delapan jutaan rupiah, jadi enam juta rupiah buat bikin kandang, yang dua juta rupiah buat dibagi buat beli rokok dan kue kue, selebihnya buat yang kerja secara Gotong-royong sekaligus nambah nambah penghasilan kelompok penerima manfaat ini,” jelasnya.
Wawad melanjutkan, kandang kedua berukuran lebih kecil dari kandang awal, dengan panjang empat meter dan lebarnya empat meter.
“Lebih kecil kandangnya ama yang pertama, yaitu panjang dan lebarnya masing masing berukuran empat meteran,” lanjutnya.
Adapun, status lahan yang dibuat kandang pertama, diakui milik dirinya sendiri, sedangkan kandang kedua punya orang lain tapi masih ada hubungan keluarga.
“Jadi lahan buat kandang yang pertama punya saya, terus kandang kedua milik orang lain tapi masih ada hubungan famili ama saya, dan itu sudah ada surat pelimpahannya,” dalihnya.
Domba bantuan yang sudah berkurang ini, Wawad menambahkan terutama yang mati, sudah di dokumentasikan dan dilaporkan kepada pihak Desa setempat.
“Itu semua sudah dilaporkan Kang, didokumentasikan juga ada, kepada pihak desa silebu,” sambungnya.
Terakhir, tentang spanduk anggaran, dirinya berdalih awalnya itu sudah ada dan terpasang.
“Itu bisa gak ada tuh gimana yah, padahal setau saya itu ada, karena kena hujan angin apa yah jadi gak ada itu,” kilahnya.
Sementara itu, saat dikonfirmasi melalui WhatsApp, Kepala Desa Silebu, Ade Sapta Gunaedi, terkait program Ketapang Tersebut, dirinya mengatakan sudah Sesuai, dengan poksinya.
“Untuk program Ketapang di desa silebu mah Alhamdulillah, sudah Sesuai poksinya, terkait untuk yang lainnya tidak ada masalah sih, jumlah kambing domba Garut, itu sih saya kurang tau yah, itu yang lebih tau pak carik, Ujar kades.
Anehnya lagi Masalah anggaran Ketapang tahun 2022 kades, mengatakan tidak tau berapa anggarannya karna yang melaksanakannya adalah carik (sekdes).
“WADUUUUH..!! kalau saya tidak ikut, ke permasalahan anggaran yah, coba nanti tanya pak carik, kalau saya penanda tanganan anggaran dan penyetujuan doang, namun untuk pelaksananya itu pak carik, coba aja nanti ya ditanya dulu, katanya seraya gugup,
Soal pembuatan kandang, Ade Sapta Gunaedi menjelaskan, bahwa dirinya tidak tau, untuk anggaran tersebut, dirinya berdalih itu hasil dari swadaya,
“Kalau perpindahan kandang itu saya tau, namun Untuk anggaran tersebut saya tidak tau berapa nya karena itu hasil Suwadaya masyarakat, kilahnya.
Ditanyakan terkait penjualan domba Garut tersebut sebanyak 13 ekor, Ade Sapta Gunaedi, diduga berpura-pura tidak tahu karna yang ia ketahui hanya 3 ekor domba Garut yang dijual,
“Nanti Coba saya konfirmasi dulu, soalnya saya gak tau kalau kambing itu dijual 13 ekor, yang saya tau hanya ada 3 ekor kambing yang dijual, untuk bikin kandang itupun kambing yang sudah Tua atau tidak produktif terkait harganya saya tidak tahu, karna itu semua sudah diserahkan sama kelompok dan orang BUMDES, pungkasnya.
Reporter: Uci/Udin