Serang – Warga Lingkungan Kiara, Kecamatan Walantaka, Kota Serang, digemparkan dengan kabar meninggalnya seorang pria berinisial Emon (nama samaran), yang sebelumnya diduga melakukan tindakan asusila terhadap seorang anak perempuan berusia 12 tahun. Emon dikabarkan tewas diduga akibat menenggak racun.
Kematian pria yang sempat menjadi sorotan warga ini terjadi hanya beberapa hari setelah keluarga korban, sebut saja Enong (12), berencana melaporkan dugaan perbuatan tak senonoh tersebut ke pihak kepolisian. Namun, setelah insiden kematian itu terjadi, pihak keluarga memutuskan untuk tidak melanjutkan proses hukum.
“Kami tidak ingin memperpanjang. Biar Allah yang membalas. Kami hanya ingin anak kami tenang,” ujar ibu korban saat ditemui awak media, Jumat (2/5).
Sebelumnya, Emon disebut kerap memberi uang jajan kepada Enong. Awalnya, keluarga hanya menganggap itu bentuk perhatian biasa, namun belakangan muncul kecurigaan ketika Enong menunjukkan sikap tertutup dan ketakutan setiap kali ditanya. Kepada orang tuanya, Enong awalnya hanya mengaku dikelitiki. Namun setelah pemberitaan kasus ini mencuat, ia akhirnya mengungkap bahwa dirinya sempat diraba dan nyaris ditiduri oleh pelaku saat tertidur.
Tak hanya sampai di situ, luka batin keluarga semakin dalam ketika istri Emon justru menuduh Enong sebagai pelakor. Tuduhan itu disampaikan di hadapan keluarga korban, tanpa mempertimbangkan usia Enong yang masih di bawah umur.
“Itu sungguh menyakitkan. Anak kami malah dituduh pelakor oleh istrinya,” tambah sang ibu dengan suara tertahan.
Kepala Kelurahan Kiara, Jado, saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, membenarkan kabar meninggalnya Emon. “Ya benar, Kang,” tulisnya singkat.
Dengan meninggalnya Emon dan keputusan keluarga untuk tak melanjutkan perkara ke ranah hukum, maka kasus ini secara hukum telah berakhir. Namun bagi keluarga korban, proses pemulihan mental dan psikologis sang anak akan menjadi perjuangan panjang yang tak mudah.
Peristiwa ini menjadi peringatan keras bagi semua pihak, agar lebih peduli terhadap perlindungan anak dan tak menyepelekan gejala-gejala awal kekerasan seksual di lingkungan sekitar. Terlebih, sikap menghakimi tanpa empati dapat memperparah luka yang dialami oleh korban.
(Redaksi )