Serang – Ironi pembangunan kembali terjadi di Kota Serang. Di tengah gencarnya jargon “Kota Serang yang Berbudi”, sebuah potret kelalaian justru mencuat dari jalan penghubung vital antar Kecamatan Curug dan Walantaka yang rusak parah dan tak kunjung diperbaiki selama bertahun-tahun.
Salah satu titik terparah berada di Lingkungan Gadaraha, RT 011 RW 04, Kelurahan Cipete, Kecamatan Curug. Jalan poros yang menjadi urat nadi aktivitas warga ini kini berubah menjadi ‘kubangan kerbau’. Aspal yang dulu sempat menghiasi jalan ini kini tinggal kenangan—digantikan lumpur, lubang besar, dan genangan air saat hujan turun.
Tak hanya itu, jembatan kecil di lokasi tersebut pun nyaris ambruk. Kondisinya sangat memprihatinkan, hanya bisa dilewati satu kendaraan dan tidak aman dilintasi mobil. Penerangan jalan pun nihil, menjadikan kawasan ini gelap dan rawan kecelakaan saat malam tiba.

Sarip (35), warga setempat, mengaku kerusakan ini sudah lama terjadi dan telah berkali-kali diusulkan ke Pemerintah Kota Serang. Namun, hingga kini, hanya janji yang diterima. “Sudah sering diajukan untuk perbaikan, tapi tidak pernah ada realisasi. Padahal ini jalan penghubung antar dua kecamatan,” keluhnya.
Senada dengan itu, Elil (40), warga sekaligus Kepala Kelurahan Cipete, menambahkan bahwa jalan tersebut selalu masuk dalam Musrenbang tiap tahun, namun tetap tak digubris. “Lubangnya cukup dalam, sering sekali pengendara motor jatuh. Ini bukan hanya soal jalan, tapi soal keselamatan warga,” ujarnya geram.
Warga kini mempertanyakan komitmen pemerintah daerah, terutama Pemkot Serang, yang terkesan tutup mata dan telinga atas penderitaan masyarakatnya sendiri. Jika jalan penghubung strategis seperti ini saja tak kunjung dibangun, lantas di mana letak keberpihakan pada rakyat?
Sudah saatnya Pemerintah Kota Serang berhenti mengumbar retorika manis dan mulai menepati janji. Warga tak butuh seremonial, mereka butuh jalan yang layak. Bukan kubangan lumpur dan jembatan reyot yang menanti korban berikutnya.
(Suci)