Serang – Ironis dan memprihatinkan! Proyek rekonstruksi jalan di kawasan Cibadak–Tegal Sari, Kota Serang, yang baru rampung seumur jagung, kini sudah amblas dan berlubang. Proyek bernilai Rp199.500.000 itu seharusnya membawa kenyamanan bagi masyarakat, tapi justru menyisakan kekecewaan dan tanda tanya besar: ada apa di balik pembangunan kilat ini?
Papan proyek jelas menyebutkan masa kerja 60 hari kalender. Tapi kenyataannya, pekerjaan selesai hanya dalam satu malam—bak kisah dongeng Roro Jonggrang. Alih-alih bangga, warga justru dibuat geleng-geleng kepala.
Pantauan penasultan.co.id pada Jumat (11/4) mengungkap fakta mencengangkan. Aspal hotmix yang baru digelar sudah menunjukkan kerusakan: amblas, berlubang, dan terlihat tipis di beberapa titik. Seolah dikerjakan asal-asalan, tanpa mempertimbangkan mutu maupun keselamatan pengguna jalan.
Dugaan pelanggaran teknis pun menguat. Alat berat pemadat yang seharusnya menggunakan Tandem Roller Double Drum, malah diganti dengan peralatan seadanya yang tak mampu bekerja maksimal. Ini bukan sekadar soal teknis—ini soal integritas penggunaan uang rakyat!
Lebih runyam lagi, saat dikonfirmasi, pengawas proyek yang dikenal dengan sapaan Bob memilih diam seribu bahasa. Dihubungi lewat WhatsApp hingga ditelepon berulang kali, tak ada jawaban. Sikap bungkam ini seolah memperkuat aroma busuk yang menyelimuti proyek ini.
Tak kalah mencurigakan, Kepala Seksi Bina Marga DPUPR Kota Serang, Ofa, saat dimintai klarifikasi hanya melempar jawaban menggantung: “Mohon maaf, lagi ralat sama inspektorat.” Jawaban normatif yang jauh dari transparansi, dan kian menambah daftar kejanggalan.

Diketahui, proyek ini digarap oleh CV. CINTRAKTOR dan dikawal oleh konsultan PT. Citra Nusa Konsulido. Dana berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)—yang semestinya dipertanggungjawabkan secara terbuka untuk kepentingan publik, bukan jadi ladang ‘bancakan’ oknum tak bertanggung jawab.
Kini publik hanya bisa bertanya-tanya: ke mana mengalirnya dana ratusan juta itu? Siapa yang akan bertanggung jawab atas kualitas jalan yang menyedihkan ini? Dan yang paling penting—sampai kapan proyek-proyek asal jadi ini terus terjadi di Kota Serang?
Transparansi nol, pengawasan minim, tanggung jawab menguap. Proyek dikerjakan sehari, uang rakyat hilang entah ke mana.
(Sahrudin)